"Tuhan, tolong dekat kan aku padanya bila dia memang jodohku, kalau bukan tolong di cek lagi" -The Tarix Jabrix
Aku tak pernah mengharapkan sesebuah perhubungan tu macam 'Romeo and Juliet' yang sanggup berkorban apa sahaja, yang sanggup mati bersama-sama. Aku juga tak mengharapkan perhubungan tu like 'Grandpa and Grandma' yang membesar bersama-sama. Dari kecil sampai ke hari tua, mereka still together. Kekuatan cinta mereka susah nak cari zaman sekarang. Aku cuma mengharapkan sesuatu kebahagiaan yang boleh buat aku senyum tawa. Tapi tak selamanya aku mengharapkan tu sebab memang sesiapapun takkan pernah berhasil untuk mendapatkannya. Yang pasti, cepat atau lambat, hari ini atau esok, cinta itu harus buat kita bahagia. Bukan selamanya cinta itu buat kita senang. Kalau cinta itu cuma rasanya manis, kita juga bosan. Harus ada sesuatu yang berbeda. Kerna terkadang cinta itu juga buat kita sakit. Cinta itu lahir dari hati yang tulus, jika ia datang secara paksaan, kita takkan pernah merasa sakit kerna cinta.
Mungkin semua orang pernah menjanjikan kehidupan yang bahagia dan sempurna kelak. Dan aku juga pernah. Aku dan seorang pria. Mengulang kembali saat lalu, kamu dan aku pernah duduk di bawah sinaran bintang yang berkedipan, iris bertemu iris, senyum berbalas senyuman, cerita perkenalan dua jiwa, berkias tentang kehidupan, mengimpikan kehidupan bersama kelak, mengimpikan putera dan puteri hati, ingin melakar liku-liku perjalanan, dan tanpa kita sedari, kita meletakkan satu perjanjian walaupun tak terucap sang lidah tapi yang pasti telah terpatri di hati yang suci.
Mulut bisa berkata-kata, segala yang diucapkan tidak bersyarat kerna lidah tidak bertulang. Kamu dan aku telah mengikat janji tapi janji itu sama ada suatu hari nanti janji itu ditepati atau tidak. Kerna kita tidak boleh menjangkakannya. Kamu mengharapkan aku bisa hidup dengan kamu nanti dah aku mengharapkan kamu bisa jadi bagian dari hidupnya aku. Dan kita mengharapkan itu. Tapi aku takkan letakkan harapan yang terlalu tinggi, nanti aku dan kamu akan kecewa. Walau ikatan kamu dan aku terlalu kuat, walau tiada sesiapun yang bisa pisahkan jarak antara kita, kita lupa yang sebenarnya tuhan itu ada. Sebenarnya Dia lah satu-satunya yang buat keputusan ke atas kita, Dia lah yang berhak semuanya. Walau apapun, mungkin Dia tetap akan pisahkan kita dengan apa cara sekalipun. Suatu hari nanti, aku percaya akan itu.
Sebaliknya aku percaya akan jodoh. Tuhan itu telah menetapkan jodoh untuk kita. Kalau nanti tuhan pisahkan kita, kita kena percaya ada sesuatu yang sedang menunggu kita. Sesuatu yang lebih baik. Walau kita terpisah, itu mungkin hanya sepenggalan kerna mungkin tuhan telah menetapkan kita berdua. Mungkin kita akan bertentang mata lagi, bergabung hati dan menunaikan segala janji-janji yang pernah diucapkan dulu. Mungkin itu masanya yang tuhan telah tetapkan. Tapi kalau tuhan tidak menjanjikan kita berdua, kalau nanti aku tidak bisa bersama kamu, tidak bisa menjaga makan minum kamu, tidak bisa menjaga sakit mu, bila nanti hari tua, aku ingat segala kenangan silam, segala memori yang tercalit bersama kamu, akan aku ingat. Banyak yang indah. Walau tidak bisa selamanya dengan kamu, walau hari-hari kamu tidak ditemani oleh aku hingga ke hari tua, yang pasti aku beruntung kerna bisa merasakan bahagia bersama kamu.
Untuk malam ini, aku masih tersenyum melihat kamu masih disisi. Walaupun bukan semuanya indah, aku bahagia melihat kamu senyum untuk aku. Terima kasih Pelat. Terima kasih tuhan. Dengarlah syahduku, demi namamu, walau jasad tiada nyawa, sebuah akhirat adalah destinasi. Demi cintamu, walau lupus jiwa sekaliannya, sebuah penantian adalah tujuan. Walau bukan di dunia kita selamanya bersama, moga kita bertemu di syurga.
" I've always dreamed, that my life could be like a fairy tale, a perfect fantasy. " –Cinderella
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.