24 March 2012
Berlari,
Perempuan itu berlari tergesa-gesa,
Sambil mengusap peluh,
Tidak sedikitpun dia merintih,
Dia terus kejar.
Tahu apa yang dia kejar ?
Mengejar bayang-bayangnya sendiri,
Yang selama ini telah lama hilang.
Sekaligus mendapatkan mimpi kecil,
Bersama harapan yang hampir musnah,
Berhasilkah usaha dia itu ?
Dia membawa bersama keegoaannya mengikuti langkahnya,
Pertarungan ego yang tak pernah habis,
Dia yakin semakin laju dia berlari,
Semakin berjaya dia untuk kecapi mimpinya.
Dia yakin semua kemenangan hak milik dia,
Lalu keangkuhan dia semakin menebal.
Hanya tinggal satu nafas,
Satu habuk pun dia tidak dapat,
Egonya makin menggila,
Apa mungkin egonya itu bisa membuat mimpinya jadi kenyataan ?
Tetap juga angkuh, ego, riak !
Tapi itu tidak membawa apa-apa erti,
Hanya mimpi yang terbang di puncak awangan sana,
Sia-sia perlariannya selama ini yang berbatu-batu jauhnya.
Sampaikan dia tidak berdaya lagi untuk bernafas.
Dia jatuh, rebah ke muka bumi. Longlai.
Lalu dia sujud ke bumi,
Memanggil-manggil nama tuhan.
Dia teriak kuat.
Setelah kalah dalam pertarungan,
Baru sedar punya tuhan ?
Jiwanya mula kosong, angannya hancur.
Kemana langkahnya selepas ini ?
Kini baru meminta pada tuhan,
Setiap malam bersama doa dengan penuh sesak.
Lalu dia berlari lagi untuk mengejar mimpinya,
Bersama doa-doa suci,
Dia yakin jika sunggguh dia meminta,
Tuhan bakal senang mendengarnya.
Ego bukanlah kemenangan sejati,
Ianya hanya boleh membunuh jiwa,
Dan segala mimpi-mimpi indah.
Dia mulai mengenali siapa tuhannya,
Katanya agar jiwanya tidak kosong,
Agar hidupnya ada rasa yang cukup manis,
Lalu dia percaya setiap hidup itu,
Akan selalu ada sinarnya.
-Later will go and find myself. Sigh. Sorry mum.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.